Minggu, 31 Januari 2010

Jebakan Teknologi dan Kearifan Kita

Pernah dengar tidak, ketika orang beli komputer atau laptop hal yang paling sering dan yang pertama ditanyakan?
Yup, pasti tidak jauh dari Prosesornya, Pentium 4, Dual core, Core 2 Ekstrem atau sejenisnya. Sebenarnya saya agak geli ketika mendengar itu, pasalnya sebenarnya orang ini mau beli komputer untuk tujuan apa tho kok harus ngurusi cock speednya prosesor segala. Apologyze me ya, bukannya sosk tahu, tapi penting juga saya tulis disini.
Alasan utama kita memakai komputer atau gadget canggih sebenarnya adalah untuk memudahkan kerjaan kita, benar kan. Itupun masih dibatasi juga dengan prinsip ekonomis belanja kita - dengan uang yang terbatas kita dapatkan barang yang bernilai guna maksimal bagi kita.

Coba kita lihat, ketika sekarang diperkenalkan prosesor i5 dan i7, orang berbondong-bondong pengen memiliki prosesor tersebut. Padahal ketika ditanya aplikasi apa yang sering dipakai dengan komputernya adalah sekedar aplikasi office atau paling banter ngegame.
Bukakkah mubazir kita menggunaka prosesor bercore lebih dari 2 hanya untuk aplikasi kantoran yang tidak membutuhkan resource komputer kelas berat, atau kalau aplikasi yang kita pakai adalah game, sebagai catatan saja developer game terbaru sekalipun (misal Far Cry) belum menggunakan platform i5 atau i7 dalam aplikasi game mereka. Bukankah mubazir kita pakai prosesor hebat seharga diatas 2 jutaan tetapi tidak dapat kita gunakan secara maksimal. Ini ibarat kita membantai nyamuk pakai senapan mesin Browning kaliber 0.5.

Lebih aneh lagi orang beli laptop juga berperilaku sama, padahal kebutuhannya cuman buat presentasi saja. Hal yang sama juga terjadi pada HP, gadget yang satu ini lebih parah lagi ketidak arifan dalam membelinya. Tengok saja, sopir angkot berlomba-lomba beli HP 3G - buat apa coba? Kalo kita cuman butuh telepon, smas sama facebookan via HP, ndak perlu beli HP yang harganya selangit, cukup yang 600ribuan sudah cukup, benar tidak?

Inilah sebenarnya yang saya maksud dengan menjaga kearifan kita dalam memanfaatkan teknologi, sehingga bukan kita yang jadi korban para kaum kapitalis yang berkedok kemajuan teknologi. Semestinya adalah "Man behind the tech", kita yang mengendalikan teknologi untuk kenyamanan dan keefisiensian kerja kita.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar