Selasa, 01 September 2009

Mahalnya Ilmu

Bismillah,
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Ilmu adalah sesuatu yang amat murah Allah berikan kepada kita, tetapi sangat mahal untuk kita bisa kita dapatkan.
Wallahu a'lam, kenapa bisa begitu, Ana coba merenung untuk mencari jawabannya.
Kurang lebihnya jawaban yang ana ketemukan adalah :

1. Karena kebodohan kita sendiri yang terlalu sering mendholimi diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan.
Renungkan lah wahai saudaraku, betapa banyak kewajiban yang kita punya terbengkalai hanya karena kemalasan kita, padahal sebagaimana para salafu sholeh, mereka sangat menhargai waktu dengan memanfaatkannya secara maksimal, adapun yang menjadi masalah buat mereka itu adalah terlampau banyaknya kewajiban yang dibebankan kepada mereka, sementara kita hanya mendapati sebagian kecil kewajiban jika dibandingkan dengan mereka, tetapi-Nauszubillah-kita masih sempat menikmati tidur siang kita.

2. Dholimnya sebagian besar manusia kepada sesamanya.
Apa kedholiman itu, tidak lain adalah serakahnya manusia terhadap ilmu tetapi pelit juga terhadap ilmu. Artinya ketika kita mencari ilmu, kita kejar ia sampai kenegri Cina sekalipun, giliran sudah dapat kita enggan untuk segera mendakwahkan ilmu tersebut. Menurut mereka yang jadi pengusaha (Sebenarnya kelas teri jika dibandingkan degan Utsman bin affan yang sangat royal terhadap ilmu) pelit ilmu penting untuk menjaga RAHASIA PERUSAHAAN. Bagi saya itu adalah DOSA BESAR. Ada juga yang kemudian ilmu tersebut dijual dengan harga mahal, coba bayangkan berapa duit yang harus kita keluarkan hanya untuk mengikuti seminar "Financial" ato yang sejenis, bisa mencapai jutaan ikhwah fillah, masya ALlah. Padahal Allah ndak pernah tuh menagih bayaran untuk Ilmu-Nya yang sudah disebar kedunia ini, kalo bayaranya sekedar menyambung hidup saja masih lumrah, lha ini sudah bisa bikin pundi-pundi harta kita berjibun harta.

Demikian kurang lebihnya, kalo ada yang bisa nambahin mohon nasehatnya!
Wallahu a'lam.

Rabu, 03 Juni 2009

lincak episode 2

masih ada hubunganya dengan tulisan pertama saya sih!
Lincak dalam filosofinya adalah tempat untuk ngudoroso juga.

pengertian lain boleh juga dijadika ajang tukar menukar ilmu kadigdayan ato info.

Sekedar ngudoroso juga sebenarnya saya ini, terus terang saya prihatin dengan keberadaan ikhwah didunia digital.
terang saja, ngakunya dakwah tapi isi obrolan di facebook sama saja dengan orang awam. Just say hello ato paling banter ngudoroso beberapa maslah yang ndak penting.
Pernah saya coba memanfaatkan FB untuk cari info yang sangat saya butuhkan untuk usaha saya, hasilnya hanya satu yang nyambung tapi itupun hasilnya nihil.

Coba deh berikan saya referensi blog, FB ato apapun jejaring sosial ikhwah yang saya kenal dan bicara masalah politik kontemporer, mengiklankan usahanya, tukat-menukar informasi usaha.
Insya Allah saya akan sangat berterimakasih dan mendo'akan antum barokah usahanya (walaupun kelihatannya tanpa do'a saya antum lebih baik karena do'a orang hina ini apa makbul, Allahu a'lam)

Tetapi saya juga ndak menyalahkan keberadaan ikhwah dijejaring sosialtersebut karena ikhwah juga manusia sosial khan!

Senin, 25 Mei 2009

Lincak, Episode 1

Masih ingat atau tahu lincak ndak?
Setahu saya lincak adalah tempat nongkrongnya orang-orang desa yang terbuat dari papan kayu atau bilah-bilah bambu dan biasanya diletakkan didepan rumah dibawah pohon atau ditempat yang cukup asri.
fungsinya kurang lebih adalah untuk tempat nongkrong dengan tetangga sekaligus melepaskan lelah pasca bekerja seharian, obrolannya yang ringan-ringan aja seputar masalah sosial, keluarga dan sebagainya.

Yang ingin saya tekankan adalah fungsionalitas dari lincak sebagai jejaring sosial yang kalau dalam bahasa dakwah disebut silaturahim atau silatirahmi.
Sekarang banyak diantara kita yang mungkin lupa dengan filosofi dari lincak, didalam lincak kita bertemu, didalam lincak kita bergaul dan bersosialisasi.
Realitanya sekarang fingsi dari jejarang sosial LINCAK tersebut bergeser kepada LINCAK DIGITAL, semacam frienster - yang sekarang mulai ditinggalkan, facebook - yang lagi ngetrend, dan lain sebagainya.

Tulisan saya ini bukan untuk menjustifikasi fatwa haram facebook lho!
Dan juga bukannya saya anti dengan perkembangan teknologi jejaring sosial.
Saya cuman prihatin terhadap saya dan kita ini, sudah terkikiskah nuansa silaturahim kita dengan bermuwajahah/bertemu dengan sekian banyak teknologi.

Kalau boleh jujur, sedih sebenarnya saya sekarang ini. Lha gimana lagi, Ustadz kita semacam DR. Muinudinillah, Gus Mus, Ustadz Hilmi dan seabrek kyai lainnya sudah kalah pamor dengan Ustadz Google yang ndak tahu jebolan pesantren mana? Lebih sering mana kita bertanya, pada Ustadz Google Atau Ustadz Hidayat, Lebih sering mana kita bertemu dengan Kyai Google dengan Kyai Mustofa Bisri.

Ya.. semoga kita ndak lupa denganesensi dari silaturahim !

Selasa, 05 Mei 2009

Back To Dakwah

Sedikit telat tulisan saya memang, tapi ndak masalah dari pada tidak sa,a sekali.
Setelah lama disibukkan oleh pemilu dengan segala aktivitasnya, sudah saatnya kita menata kembali aktivitas asal kita sebelumnya.
Dipahami bahwa aktivitas kepartaian kita asalnya adalah dakwah itu sendiri, sehingga ketiha selesai urusan periodik 5 tahuna tersebut sudah layak kita kembali meretas indahnya jalan dakwah kembali.

Berkaca dari hasil pemili yang PKS mendapat porsi lebih kurang 8,4% (Alhamdulillah meningkat, walau mengenaskan bagi sebagian orang) mestinya beban dakwah menjadi lebih berat karena medan dakwah akan lebih luas lagi, ilustrasinya sederhana, dikecamatan yang ana urus bareng teman-teman pengurus ketika tahun 2004 jumlah saksi kita tidak lebih dari 90 orang, nah sekarang lebih dari 300 orang. Ini selayaknya menjadikan struktural memikirkan keberlanjutan hubungan struktural dengan mereka - para saksi. Nah, bukankah ini ladang dakwah yang luar biasa ?

Lain lagi dengan urusan kader, setelah pemilu ada yang masih memilukan dengan tenggelam dalam kekalahan versi mereka sendiri, ada yang sudah pulih dari shock kemarin ada yang masik cool dan kalem. Dengan segala sikapnya kader perlu ditata ulang juga, minimal mempersiapkan mereka untuk dipakai dalam urusan memeperluas pelayanan dakwah lagi, yakni ngurusi tarbiyahnya para saksi.

Selain itu, promosi dan penilaian kader harusnya lebih diperketat pasca pemilu karena skala kebutuhan kuantitas kader jelas trendnya menurun pasca pemilu. Perlu dipertegas lagi positioning kader dalam wilayah-wilayah dakwah yang definitif, bukan yang samar nan abu-abu.

Wallahu a'lam.

Rabu, 25 Maret 2009

Anak Kecil Aja Tahu !

"Kok musiknya kayak gitu ya?" kata murid SD Muh PK kepada temannya.

Saya mungkin hanya sekilas mendengar kalimat anak tadi, namun yang mengejutkan saya adalah kalimat itu dilontarkan oleh anak kelas 4 SD tatkala habis sholat dan didekat masjidnya ada kampanye partai tertentu yang ketika ada orang sholat masih memperdengarkan alunan musik dang-dut. Dah jelas Ngganggu laah.

Jadi mikir nih, nih anak kalo gede masih pegang prinsip yang diajarkan para ustadznya disekolah yakin deh, pasti huebat ni anak. Tapi ya itu tadi syaratnya adalah adanya konsistensi pendidikan selama dia sekolah sampai gede plus pola edukasi keluarga yang juga mendukung progran pendidikan sekolahnya.

Waktunya lihat realita, tapi bukan bermaksud menjustifikasi. Ketika disekolah anak2 kita dididik dengan nilai luhur agama dan sebagainya, dirumah adalah saatnya menghancurkannya. Sang guru bilang bo'ong itu dosa, bapaknya dirumah jadi master bo'ong didepan keluarganya, sang ustadz bilang ndak sholat itu dosa, sang kakak jadi jago mbolos sholat, etc.

Parah lagi, tetangga saya ada yang ketahuan anaknya "Misuh2i" orang laen, emaknya malah tertawa bangga bahwa anaknya sudah jadi pemberani, Naudzubillah!

Ni jadi masalah kita bersama, baik yang udah pny momongan dan yang masih bujang. Bagaimana sinergi pendidikan rumah, sekolah dan lingkungan ini hukumnya wajib kalo kita pengen menciptakan generasi Rabbani. Bukan masalah anggaran pendidikan yang 20% APBN, sekolah dipaksa memberikan pelajaran ekstra tentang agama dan moral, dan juga anak2 kita disekolahkan disekolah yang bertitel IT (Islam Terpadu) ato sekolah berbuntut -ah semacan madrasah aliyah, madrasah tsanawiyah dan lain sebagainya.
Yang penting adalah bagaimana Bi'ah (lingkungan) masyarakat, keluarga serta sekolah itu sinkron, Titik!

Boleh saya tulisan ini dibantah dengan berbagai argumen, silakan. Tapi yang namanya pendidikan itu integral selayaknya Tarbiyah juga integral menyentuh seluruh aspek dari peserta didik.

Wallahu a’lam

Senin, 02 Maret 2009

Berburu Buku - Berjuta Ilmu

Sebelumnya Afwan lo ya kalo judulnya kayak jargon Pameran Buku Islami diSolo kemaren.
Sering jua saya dapet cerita dari teman-teman yang punya koleksi buku seabrek, tapi apa daya lha wong kantong isi memble. so pasti ndak terkejar lah!
Tapi jangan khawatir, resah, gundah apalagi gelisah trus ndak bisa tidur mikir yan macem2 (termasuk mikirin yudo yan cakep abiZ)
Ada beragam cara dapat buku bagus tanpa bikin kantong memble.

Alternatif pertama, cari obralan dipameran buku, tapi saran saya janan yang di Solo, tetap mahal nda! cari aja pas lagi berkesempatan jalan2 ke pameran buku di Joja atawa Jakarta, dah terbukti oke harganya.

Alternatif kedua, ni yang paling saya suka lho! Cari diloakan alias bursa buku kaki lima bin bekas. tapi janan apatis dulu, ditempat macam ini ada beberapa model buku yang dijual. Ada buku baru, harga boleh ditawar sampai 50% tapi biasanya daetnya diskon 30%-40% tergantung kemampuan kita "ngecap".

Kemudian ada juga buku BS alias sortiran (dari sekian halaman ada satu, dua atawa tiga yang hilang) kalaupun ndak ditawar harganya jelas murah abis, tapi bagusnya ditawar aja lha wong seninya disitu kok. cuman habis beli buku buru2 pinjem buku teman yang identik trus dicopy halaman yang hilang ya! Nah, pas beli buku model gini harganya biasanya tergantung berapa halaman yang hilang makin banyak ya makin murah.

Alternatif laen ya buku bekas orang, harganya jelas super ngirit. Resikonya ya harus betah mbolak-mbalik seabrek buku diloakan yang kadang sedikit kumuh. Tapi jangan apatis dengan buku bekas lho, saya pernah ngedapatin buku pergerakan yan sudah ndak terbit lagi lho dan jarang temen yang punya - tentunya dengan harga super ngirit. Tapi heran juga ya, siapa yan rela jual buku sebagus ini keloakan, mungkin "mantan aktivis ya!"

Kalo masalah tempat, disolo sendiri ada beberapa tempat yan bisa disambangi. Pertama bursa buku balakang Sriwedari ato lebih beken dengan sebtan "Bu-Sri". Tempatnya cukup nyaman menurut saya cuman ndak bisa maen harga lebih luwes dari tempat laen. Kedua, Bursa buku di Alun-alun utara, ditempat ini lebih banyak buku BS daripada diBu-Sri. Tempat ini lebih 'Eksklusif" cos hanya beberapa komunitas aja yang sering datang, bahkan Cak Nasirun PurwoKartun juga pernah nongol ditemat ini, ato bahkan sering kali ya!

Kalo pengen lebih mak-Nyuss ya datang ke Jogja aja, mo buku baru dengan harga mahasiswa tinggal sambangin Social Agency, mo kelas kakilima tinggal datang ke bursa buku di Timur Malioboro, etc.

Smoga artikel ini berguna, and met Berburu Buku - Sejuta Ilmu.
Allahu Akbar

Jumat, 27 Februari 2009

Ikhwah dan Budaya Baca

Sungguh menarik andaikan kita semua bisa menikmati sajian pengetahuan didalam setiapbuku yang tertulis, minimal buku Islam. sayangnya tidak semua orang bahkan kader bisa menikmatinya, atau minimal berusaha menikmatinya.
tulisan ini sebenarnya berangakat dari keprihatinan kepada ikhwah lain yang terkadang udah senior ato kalo ndak boleh dibilang udzur didalam tarbiyah ini ternya ta pengettahuan dan pemahaman dakwahnya masih sedalam tancapan bibit padi.

Sau kasusnih, temen penulis pernah datang ke toko buku di sekitar UMS, nah yang jaga toko akhwat dan pas ketika temen penulis bertanya tentang buku Majmuah Rasail tuh akhwat malah bingung dan balik nanya "itu buku apa ya pak?"
Ada cerita lain, seorang teman penulis yang jauh udah lama didalam Tarbiyah tetapi masih aja ndak faham tentang arti lailatulkatibah dan bedanya dengan mabit serta jalsah ruhiyah! aneh bukan.

Lain cerita lagi dengan Penerbit Era Intermedia - afwan, ndak ada maksud apa2 terhadap penerbit ini - Penerbit ini dulu sering menerbitkan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau untuk kantong ikhwah, tapi sekarang malah ikut-ikutan latah main LKS segala. bukan masalah bukunya ndak laku, dasar kadernya aja yang ogah2an baca buku "Wajib"arbiyah, atau kalau ndak baca ya minimal koleksi buku donk! Perkara bacanya nanti pas kalo punya istri dan dibaca bareng istri kita iu urusan lain.

Untuk kalimat yang terakhir disampaikan oleh teman penulis yang memang maniak buku, pas ada pameran buku bisa dipastikan ikhwah kita ini pasi beli walaupun cuman satu. Luar biasa!

Ruh untuk cari ilmu, ini lho esensinya kalo disuruh baca buku.
Udah Baca buku ndak mau, koleksi buku juga kagak, datang kajian juga sering absen, dan mungkin Liqo' juga ijin melulu nih!
Wallahu a’lam

Kamis, 19 Februari 2009

MASUK SURGA LEWAT TOL

Berangkat dari filosofi kuno, beribu jalan menuju Roma, saya berfikir tentang jalan kesurga. Lha wong menuju kota Roma yang menjadi kiblat orang nasrani aja jalannya ada seribuan apalagi ke surga, mestinya kalu kita sadar jumlahnya mesti ada ratusan ribu bahkan jutaan jalan bukan. Ini bukan mengada ada, apa yang saya pahami tentang ayat “famayya’mal mistqoola dzarrotin khoyyrodzarah (99:7)” adalah penguat tentang surga yang tingkatanya ada tujuh berdasarkan hadist Nabi Saw. Dan juga ada korelasi dengan kemudahan Allah atas manusia dalam beramal dalam ayat “yuriidullahu bikumul yusro wa laa yuriidu bikumul ‘usro (2:185)” yang artinya Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.


Diantara jutaan jalan tersebut terbentang jalan yang mudah dan sulit, semakin sulit jalan ditempuh target surga yang didapat juga makin asyik. Ada pula jalan yang biasa dan juga jalur cepat, lha wong mau lulus kuliah aja disediakan dua jalur yakni reguler yang standar waktu lulusnya dan jalur cepat dengan semester pendek semester padat, remidi dan lain sebagainya sebutannya yang hasilnya lulusnya lebih cepat. Maka jalur standar kesurga adalah dengan beriman dan bertaqwa dengan segala implikasinya amal yang harus dijalaninya. Lalu bagaimana dengan Jalan TOL kesurga, sebalum bicara hal tersebut perlu saya tekankan bahwa kalu orang lewat jalan tol yang pertama kali ditempuh juga adalah jalan biasa, kalu mahasiswa ingin lulus cepat maka juga sebelumnya perlu mengikuti jalur kuliah reguler. Artinya jalur Tol manapun yang hendak kita tempuh masih mengharuskan kita mengawalinya dengan jalur reguler atau dalam kalimat lain masih ada standar yang juga diberlakukan dalam jalur Tol kesurga ini yakni menjadi insan yang beriman dan mau beramal sholeh (QS 22:23).


Bagi saya jalur Tol tersebut sifatnya opsional bagi yang mau dan mampu saja, tetapi jalur reguler adalah kewajiban yang sifatnya juga tidak mengikat karena kita mau masuk surga atau terjun bebas kedalam neraka itu terserah keputusan kita sendiri dalam mempertemukan apa yang digariskan oleh Allah dalam kitab suratan manusia dengan amal usaha kita dan Allah tidak ambil pusing dalam perbuatan kita tersebut.


Dari pada muter kelamaan, jalur Tol yang Allah sediakan sebagaimana yang saya bilang diatas memerlukan kemauan dan kemampuan ada sekian banyak, yang lebih tahu boleh usul.

Pertama, syahid, ini jalur paling cepat karena mendapat kartu sakti tanpa di”Geledah” di yaumul hisab.

Kedua, infaq, mengingat dekatnya posisi jihad bi nafsihi dengan jihad bi amwalihim.

Ketiga, haji, saking sulitnya haji dan memerlukan biaya yang tidak sedikit hanya sedikit orang yang mampu melaksanakannya dan dengan predikat mabrur dari Allah.

Keempat, qiyamu lail, ini masuk kategori Tol sebab sulit juga dilakukan, bukan masalah sempat atau tidak tapi lebih pada kemauan untuk melaksanakan, masalahnya ada juga yang berkesempatan bangun malam tapi tidak mau melakukan seperti penggila bola yang bangun dimalam hari hanya untuk menonton si kulit bundar ditendang-tendang.

Kelima, Hafal Qur’an, ini juga sama statusnya dengan yang nomer empat, ratusan teks lagu cinta aja hafal harusnya juga hafal beberapa ayat al qur’an donk! Nyatanya baca Qur’an aja nunggu besok kalo udah bau tanah.


Demikian sedikit jalur kesurga via jalan tol, boleh ditambah sendiri tulisan ini cos yang buat juga ilmunya lagi sebanyak hitamnya ujung kuku. Wallahu a‘lam.

PEMILU UNTUK SEMUA - Sebuah jawaban untuk yang apriori

Tak disangkal bahwa Pemilu merupakan agenda kenegaraan yang juga dijadikan sebagai “Gawean” atau hajatan seluruh warga negara Indonesia, sehingga dampaknyapun dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat indonesia baik yang partisipatif terhadap pemilu, apriori terhadapnya maupun yang pragmatis dalam menghadapi pemilu.

Ada dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat apapun posisi mereka dalam menghadapi pemilu. Pertama, sebagian dari kita ada yang ketiban rejeki nomplok ketika pemilu. Hal ini terjadi secara mikro yakni ketika kita didatangi oleh oknum pengurus Parpol maupun Caleg yang kemudian memberikan salam tempelnya kepada kita, namun ini merupakan satu hal yang kurang mendidik. Secara makro, kita ketahui pemilu membutuhkan infrastruktur dan “Ubo rampe” yang sekian banyak jumlahnya, bisa dibayangkan berapa perputaran fiskal yang terjadi selama pemilu ini. Dilihat dari kaca mata makro ekonomi, pemilu dapat memberikan efek kenaikan pendapatan (Y) kepada masyarakat. Sebagaimana kita ketahui secara umum ketika pendapatan naik maka hukum Marginal Propensity to Consums (mpc) juga main dan mengakibatkan kenaikan belanja masyarakat. Dari sisi Pendapatan Nasional, pemerintah yang jelas akan mealokasikan sejumlah pos APBN untuk belanja berkaitan dengan pemilu, dalam hal ini akan terjadi kenaikan secara signifikan terhadap pendapatan nasional Indonesia.

Kedua, saking banyaknya masyarakat yang terlibat prosesi pemilu tersebut dapat dibayangkan banyaknya pengangguran yang terserap dalam proses tersebut. Kalau boleh mendata profesi “Dadakan” selama pemilu adalah sebagai berikut ; Broker suara, saksi dan tim sukses parpol/caleg, penyedia jasa logistik parpol seperti tukang cetak atribut parpol, tukang pasang atribut parpol, jasa catering dan lain sebagainya. Itu hanya yang masuk kategori legal, dibawah tanah – dan tentu saja disangkal keberadaanya oleh siapapun termasuk parpol/caleg maupun aparat - bisa kita dapati “Preman dadakan” yang tugasnya melakukan Black campaign, perusak atribut, tim huru-hara, dan lain sebagainya.

Ketiga, yang ini juga tidak boleh diremehkan. Masyarakat jadi “terhibur” dengan parodi gaya baru, kuli tinta kerjanya jadi lebih mudah dalam mencari berita karena tidak harus dicari berita ini akan datang sendiri – pembaca mestinya tahu sendiri maksud penulis.

Adapun dampak tidak langsung, hasil pemilu apapun hasilnya, parpol/caleg manapun yang menang dan menjadi the rulling party akan menentukan kebijakan negara ini selama lima tahun kedepan. Bagai pemenang yang dasarnya emang pejuang sejati tentunya akan bertugas dikursi legislatif dengan bijaksana bukannya injak sana – injak sini, memperjuangkan rakyat bukan mengibuli rakyat. Sementara yang dasar tabiatnya emang sontoloyo tentu agenda pertama adalah mengembalikan modal selama kampanya dan kemudian sederet agenda premanisme lainnya jiga akan segera digulirkan.

Jadi untuk mereka yang belum sadar akan pemilu beserta dengan implikasi jangka panjang dan pendek bagi masyarakat dan negara ini, mohon direnungkan kembali tulisan ini dan buat yang meresa tersinggung, minta maaf sajalah saya!

Wallahu a’lam

Rabu, 18 Februari 2009

Kader dan Kecap

Sebenarnya ndak ada hubungan sama sekali antara kader PKS dan kecap dan segala turunannya.
Tetapi belakangan ini setiap kader PKS dituntut untuk bisa "Ngecap", secara denotatif memang "Ngecap" berarti memberi campuran kecap kepada makanan yang hendak kita santap atau masakan yang hendak kita masak dengan tujuan menambahkan citarasa sedap didalamnya.
Namun secara konotatif, "ngecap" saya artikan secara bebas sebagai sebuah strategi diplomasi untuk meyakinkan orang atas tujuan yang hendak kita capai dengan cara memberikan bumbu pembicaraan yang lebih.
Bisa jadi bumbu tersebut adalah kalimat yang berisi orang/ tokoh yang mereferensikan/mengenalkan kita kepada objek yang kita ajak bicara sekarang sehingga objek kita tersebut tertarik kepada kita. Bisa juga bumbu "ngecap" kita tersebut adalah tokoh idola objek yang kita dekati tersebut.
Inti dari budaya 'Ngecap" ini adalah bagaimana objek atau orang yang hendak kitaajak bicara ini mau memberi perhatian lebih kepada kita sehingga kita dalam menjual ideologi PKS ini lebih mudah masuk. Selain itu bisa juga budaya ini untul meluruhkan jarak yang sebelumnya ada diantara kita dan orang lain tersebut sehingga kita lebih akrab dan semakin tumbuh atau minimal mulai terbentuk trust/kepercayaan kepada kita.
Sebuah contoh tentang "Ngecap", seorang akh yang pernah bertemu dengan salah seorang pejabat Bank setelah Sholat Jum'at dan pejabat tersebut tinggan disebuah perumahan tertentu, misal puri pratama, taruhlah kader tersebut kemudian hari bertemu dengan orang yang menjadi tetangga pejabat tersebut maka kejadian ini bisa kita manfaatkan untuk 'Ngecapin" pembicaraan kita dengan orang tersebut. taruhlah orang tersebut bernama bu wati, ketika awal bertemu bu wati ini kader tersebut akan bertanya dimana rumah bu wati, setelah menjawab rumahnya di puri pratama maka hal yang bisa kita katakan untuk menarik perhatian ibu tersebut adalah Apakah kenal dengan bapak pejabat bank ini? , lokasi rumah ibu wati dengan bapak pejabat Bank ini sebalah mananya? dan sederet pertanyaan lainnya yang intinya untuk menarik perhatian ibu tersebut dan menghapus jarak yang sebelumnya ada agar kita lebih akrab.
Jadi, kepada seluruh kader PKS, Selamat belajar "Ngecap" saja deh...!